… untuk menciptakan organisme bersel tunggal, sebagiannya buatan manusia, yang memiliki gen berjumlah paling sedikit dan sekedar cukup untuk melangsungkan kehidupan. Jika percobaan tersebut berhasil, maka sel mikroskopis buatan manusia ini akan mulai makan dan membelah diri untuk membentuk sebuah populasi sel tertentu yang tidak sama dengan yang sebelumnya diketahui pernah ada. 1
Sejumlah orang cenderung meyakini “kehidupan yang diciptakan” dalam laboratorium ini sebagai satu bukti yang mendukung teori evolusi. Tidak ada yang nampak semakin nyata kecuali kebenaran itu sendiri. Bahkan kenyataannya, jika para ilmuwan ini, atau pun yang lain, berhasil membuat suatu makhluk hidup, mereka hanya akan mengukuhkan pembuktian mendasar yang mendukung penciptaan – pembuktian yang menyimpulkan bahwa kehidupan hanya mungkin terjadi melalui perancangan cerdas.
Untuk memahami hal ini, seseorang perlu mengetahui apa arti dari dua teori tentang asal-usul kehidupan, yakni evolusi dan penciptaan:
1) Teori evolusi Darwin berpendapat bahwa kehidupan di bumi adalah hasil dari hukum-hukum alam dan peristiwa kebetulan acak belaka. Teori ini menolak sama sekali keberadaan proses yang dirancang dan dikendalikan secara sengaja dalam penjelasan tentang asal-usul kehidupan.
2) Penciptaan berpendapat bahwa kehidupan di bumi bukanlah hasil dari hukum-hukum alam dan peristiwa kebetulan acak semata – keduanya tidak memiliki kekuatan untuk memunculkan kehidupan. Pencipta Maha Cerdas pastilah telah merancang kehidupan ini.
Jika terdapat bukti yang mendukung evolusi yang didapatkan melalui percobaan atau pengamatan, maka bukti ini haruslah memperlihatkan kemunculan makhluk hidup dari benda tak hidup melalui proses yang tanpa perancangan. Dengan kata lain, para ilmuwan harus dapat mengamati bahwa sebuah makhluk hidup harus dapat muncul dengan sendirinya dari benda-benda tak hidup. Pengamatan semacam ini tidak pernah terjadi dan, pada kenyataannya, sejarah ilmu pengetahuan abad ke-20 menunjukkan hal ini sebagai sesuatu yang benar-benar mustahil.
Jurang pemisah antara benda hidup dan benda tak hidup sangatlah lebar sehingga keduanya hanya dapat dihubungkan oleh keberadaan Sang Perancang Yang Maha Cerdas. Sebagaimana jurang pemisah antara sebongkah batu dan sebuah patung karya Michelangelo yang hanya dapat dihubungkan oleh keahlian memahat yang cerdas – dan bukan karena penyebab-penyebab alami seperti hujan, angin ataupun gempa bumi.
Jadi, apa yang akan terjadi ketika para ilmuwan – jika mereka memang benar-benar mampu – berhasil membuat spesies mikroba baru dengan kerja mereka yang tekun dan teliti? Jawabannya telah jelas: Mereka akan mengukuhkan teori perancangan cerdas dengan memperlihatkan melalui percobaan mereka bahwa kehidupan dapat muncul hanya melalui informasi tertentu yang sangat teliti dan kompleks.
Nyatanya, apa yang sedang diupayakan Craig Venter dan Hamilton Smith adalah jauh lebih sederhana dari apa yang seharusnya terjadi dalam evolusi, yakni pembentukan kehidupan melalui peristiwa tanpa sengaja atau kebetulan. Kedua ilmuwan ini tidak berusaha membentuk protein dari asam-asam amino atau membuat gen dari asam-asam inti (asam nukleat); mereka hanya akan menggunakan protein dan gen yang telah ada sebelumnya dari sel hidup. Mereka tidak memulai dari molekul-molekul kecil pembentuk kehidupan yang dapat ditemukan di alam; tetapi mereka memulai dari makromolekul kompleks yang telah terbentuk yang tidak akan pernah mampu dibuat dengan menggunakan molekul-molekul kecil pembentuk kehidupan tersebut melalui peristiwa alam. Dengan kata lain, mereka tidak sedang berusaha membangun sebuah rumah dari batu bata; mereka hanya berupaya membuat sedikit perubahan pada struktur atau bentuk sebuah rumah yang telah ada sebelumnya. Sebuah laporan dari MSNBC menyebutkan:
SINGKATNYA, apa yang ingin dicapai oleh Venter dan Smith adalah untuk menciptakan mikroba yang sangat sederhana. Sejumlah virus hanya memiliki 400 atau 500 gen. Venter dan Smith hendak membuang gen-gen ini dari makhluk yang sangat kecil tersebut, lalu membuat satu set gen baru untuk dimasukkan ke dalamnya dan kemudian melihat apakah informasi baru (yang dikodekan dalam gen buatan ini) akan menjadikan mikroba tersebut hidup. 2
Pekerjaan mudah ini – jika dibandingkan dengan asal-usul kehidupan itu sendiri – ternyata memerlukan informasi dan perancangan yang besar. Proyek ini didasarkan pada informasi ilmiah yang telah didapatkan ilmu pengetahuan modern sejak berabad-abad yang lalu, ditambah dengan tingkat penguasaan teknologi kita yang telah maju. Kendatipun demikian, ini masihlah merupakan pekerjaan yang sangat rumit sehingga proyek ini didanai sebesar 3 juta dolar, dan sumbangan selama tiga tahun dari Departemen Energi.
Begitulah, penelitian dalam rangka menciptakan makhluk hidup tiruan, sebagaimana perkembangan-perkembangan ilmiah lainnya di masa kini, mengukuhkan fakta bahw kehidupan di bumi bukanlah hasil dari beragam penyebab alamiah acak belaka. Seluruh kehidupan atau makhluk hidup, termasuk kita, adalah karya cipta sempurna sang Pencipta, yang memiliki kekuasaan dan hikmah untuk menciptakan segala yang ada.
Referensi:
1. Justin Gillis, "Scientists Planning to Make New Form of Life", Washington Post, 21 November 2002; hlm. A01
2. Art Caplan, Ph.D., "Should scientists create new life?", MSNBC, 21 November 2002
HARUN YAHYA
www.harunyahya.com